TOKO GORDEN 313 melayani penjualan eceran dan partai juga menerima pesanan, pengukuran dan pemasangan. Alamat : Pusat Perbelanjaan Murakata Jalan Pasar Tiga No 174 Barabai Kalimantan Selatan e-mail : 313@luckymail.com

Rumah Adat Banjar

Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Rumah ini memiliki arsitektur yang unik dan menarik serta mempunyai arti dan filosufi yang tinggi. Namun sayang rumah-rumah ini sekarang jarang sekali ditemui, yang tersisa hanya rumah-rumah tua, lapok dan hampir roboh. Orang Banjar sendiri kayanya kurang tertarik untuk membangun dan melestarikan rumah adat peninggalan moyangnya, hal ini mungkin karena kebanyakan mereka hanya tahu yang namanya Rumah Banjar itu ialah Rumah Bubungan Tinggi (terbuat dari kayu dan pembangunannya memerlukan biaya yang amat besar) padahal Rumah Banjar itu memiliki beberapa jenis dan dapat dipadukan dengan arsitek modern (beton).

Jenis-jenis Rumah Banjar

Pada intinya perbedaan jenis Rumah Banjar itu terletak pada atap (bubungan), ukuran dan bentuknya, sedangkan tata ruangnya hampir sama.

1.Balai Bini.

Balai Bini adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Tubuh bangunan induk memakai atap perisai (bahasa Banjar: atap gajah), sedangkan sayap bangunan (anjung) memakai atap sengkuap/lessenaardak (Bahasa Banjar: atap pisang sasikat).

Balai Bini mempunyai 2 tipe :

Tipe 1
Menurut Tim Muskala Depdikbud Kalsel yang pernah mengadakan penelitian Balai Bini menyatakan bahwa :

Atap merupakan atap jurai

Atap sindang langit di kedua anjung

Pamedangan disambung dengan atap pisang sasikat

Pamedangan ditutup dengan Kandang Rasi

Paluaran menggunakan tataban

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang

Palatar Sambutan

Palatar Pamedangan

Ambin Sayup

Palidangan diapit oleh Anjung Kanan dan Anjung Kiwa

Padapuran (Padu)

Jadi dapat diambil kesimpulan ciri-cirinya :

Tubuh bangunan induk memakai atap perisai (bahasa Banjar : atap gajah) yang menutupi serambi pamedangan.

Pada Surambi Sambutan terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap sindang langit.

Pada dinding depan (Tawing Hadapan) terdapat 1 Lawang Hadapan (pintu masuk), di antara pintu masuk terdapat jendela sebelah kanan dan kiri.

Serambi pamedangan (teras) menggunakan pagar Kandang Rasi.

Sayap bangunan (anjung) memakai atap sengkuap/zaldedaak ( atap pisang sasikat) seperti pada rumah Bubungan Tinggi.

Kadang-kadang 4 (empat) buah pilar penyangga emper depan (karbil) diganti model konsol.

Bagian atas teras (serambi Pamedangan) kadang-kadang memakai bentuk lengkung (gerbang).

Kadang-kadang tedapat 3 (tiga) buah pintu masuk karena 2 (dua) buah jendela diganti menjadi pintu juga.

Kadang-kadang Surambi Sambutan (teras emper) juga menggunakan pagar Kandang Rasi.

Tipe 2

Menurut Tim Muskala Depdikbud Kalsel yang pernah mengadakan penelitian Balai Bini menyatakan bahwa :

Atap merupakan atap jurai

Atap sindang langit di kedua anjung

Pamedangan disambung dengan atap pisang sasikat

Pamedangan ditutup dengan Kandang Rasi

Paluaran menggunakan tataban

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang

Palatar Sambutan

Palatar Pamedangan

Ambin Sayup

Palidangan diapit oleh Anjung Kanan dan Anjung Kiwa

Padapuran (Padu)

Jadi dapat diambil kesimpulan ciri-cirinya :

Tubuh bangunan induk memakai atap perisai (bahasa Banjar : atap gajah) yang menutupi serambi pamedangan.

Pada Surambi Sambutan terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap sindang langit.

Pada dinding depan (Tawing Hadapan) terdapat 1 Lawang Hadapan (pintu masuk), di antara pintu masuk terdapat jendela sebelah kanan dan kiri.

Serambi pamedangan (teras) menggunakan pagar Kandang Rasi.

Sayap bangunan (anjung) memakai atap sengkuap/zaldedaak ( atap pisang sasikat) seperti pada rumah Bubungan Tinggi.

Kadang-kadang 4 (empat) buah pilar penyangga emper depan (karbil) diganti model konsol.

Bagian atas teras (serambi Pamedangan) kadang-kadang memakai bentuk lengkung (gerbang).

Kadang-kadang tedapat 3 (tiga) buah pintu masuk karena 2 (dua) buah jendela diganti menjadi pintu juga.

Kadang-kadang Surambi Sambutan (teras emper) juga menggunakan pagar Kandang Rasi.

Tipe 2

 

Kalau diperhatikan ini Balai Bini Tipe 2 merupakan pengembangan Balai Bini Tipe 1 dimana terjadi perluasan dinding dari anjung ke arah depan sedangkan serambi pamedangan tambah melebar ke kiri dan kanan sehingga membentuk bangunan atap joglo/limas (bahasa Jawa : limasan lawakan).

Rumah Balai Bini dengan 6 pilar pada teras (Tipe 2)

Ciri-cirinya :

Atap bangunan memakai atap perisai/atap limas yang menyerupai joglo yang menutupi serambi pamedangan.

Terdapat 6 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap (atap sindang langit) pada serambi sambutan.

Pada dinding depan (Tawing Hadapan) terdapat 1 Lawang Hadapan (pintu masuk), di antara pintu masuk terdapat jendela sebelah kanan dan kiri.

Serambi pamedangan (teras) menggunakan pagar Kandang Rasi.

Perluasan dinding anjung ke arah depan serambi pamedangan sehingga membentuk bangunan dengan atap joglo/limas (bahasa Jawa : limasan lawakan).

2.Balai Laki

Balai Laki adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Bentuk atap Balai Laki memakai atap pelana pada rumah induk, sedangkan pada Anjung memakai atap sengkuap yang disebut atap Pisang Sasikat seperti pada rumah Bubungan Tinggi.

 Ciri-cirinya :

Memakai tebar layar yang disebut Tawing Layar

Tubuh bangunan induk memakai atap pelana (bahasa Banjar : atap balai laki) yang menutupi serambi pamedangan.

Pada teras (Surambi Sambutan terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit. Kadang-kadang pilar ini diganti dengan konsol.

Pada dinding sisi depan yang disebut Tawing Hadapan terdapat 1 pintu masuk yang disebut Lawang Hadapan.

Kadang-kadang pada dinding depan juga terdapat jendela depan (lalungkang hadapan) di sebelah kanan dan kiri pintu masuk.

Pintu dinding tengah (lawang tawing halat) berjumlah 2 buah.

Serambi yang disebut pamedangan menggunakan pagar susur yang disebut Kandang Rasi.

Sayap bangunan (anjung) memakai atap sengkuap/lessenaardak yang disebut atap Pisang Sasikat seperti pada rumah Bubungan Tinggi.

Kadang-kadang memakai bentuk lengkung (gerbang) pada serambi/Pamedangan).

Kadang-kadang terdapat 3 (tiga) buah pintu masuk (lawang hadapan) karena 2 (dua) buah jendela depan diganti menjadi pintu juga.

Kadang-kadang pada teras/Surambi Sambutan juga menggunakan pagar Kandang Rasi.

Ruang

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang

Palatar Sambutan

Pamedangan

Ambin Sayup

Palidangan diapit oleh Anjung yaitu Anjung Kanan dan Anjung Kiwa

Padapuran/Padu

3.Palimbangan

Palimbangan adalah salah satu rumah tradisonal suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Bumbungan atap rumah Palimbangan pada rumah induk memakai atap pelana dengan tebar layar yang disebut Tawing Layar. Jika memakai anjung maka atapnya juga menggunakan atap pelana dengan Tawing Layar. Pada teras/emper depan ditutup dengan atap sengkuap (atap lessenaardak) yang disebut atap Sindang Langit. Atap Sindang Langit ini menerus ke emper samping sampai di depan Anjung membentuk atap pelana yang sangat lebar.

Rumah Palimbangan diperuntukkan bagi golongan saudagar besar. Rumah Palimbangan berukuran lebih besar dari pada rumah Balai Laki yang juga beratap pelana.

Menurut literatur Tim Depdikbud menyatakan bahwa Rumah Palimbangan : "Dalam bentuk umum sama dengan Balai Laki, tapi dengan ukuran lebih besar”.

Rumah ini terbagi 2 tipe :

A. Palimbangan dengan anjung memakai Tawing Layar

Rumah Palimbangan ini mempunyai perbedaan dengan tipe lainnya antara lain pada bentuk atap dan ornamen ukiran yang dipakai. Ruang paluarannya beratap pelana dengan hiasan layang-layang di puncak gunungannya. Atap sindang langit untuk surambi juga diteruskan ke samping sehingga membentuk jurai (jurai luar). Atap ini bertemu atap sindang langit pada anjungnya.

 Ciri-cirinya :

Anjung memakai atap pelana dengan Tawing Layar yang menyambung dengan atap emper samping dan emper depan (Sindang Langit).

Tubuh bangunan induk memakai atap pelana/(bahasa Banjar : atap balai laki) yang menutupi serambi pamedangan.

Bentuk bangunan lebih besar dari rumah Balai Laki.

Pada Surambi Sambutan terdapat 6 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap sindang langit yang diteruskan ke emper samping kanan dan kiri dengan beberapa buah pilar tambahan.

Pada dinding sisi depan yang disebut Tawing Hadapan terdapat 1 pintu masuk yang disebut Lawang Hadapan.

Serambi pamedangan (teras) menggunakan pagar Kandang Rasi.

Tangga masuk lurus dari arah depan atau menyamping dari kiri kanan dengan jumlah trap ganjil.

Atap anjung diteruskan ke arah depan menyambung atap sindang langit (karbil).

Lawang (pintu) Tawing Halat (dinding tengah) berjumlah 2 buah.

Kadang-kadang ruang anjung diganti dengan "Ambin Sayup" yang beratap pelana dengan pintu masuk samping menjadi semacam pavilyun.

Ada kemiripan dengan rumah Jawa tipe "Kampung Dara Gepak"/rumah "Kampung Lawakan".

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang

Teras yang disebut Palatar Sambutan

Serambi yang disebut Pamedangan

Ruang Tamu yang disebut Ambin Sayup/Paluaran

Ruang Dalam yang disebut Ambin Dalam/Palidangan dengan dua anjung kiri dan kanan.

Ruang Pantry yang disebut Padapuran/Padu

B. Palimbangan Tanpa Anjung.

Ciri-cirinya :

Memakai tebar layar yang dinamakan Tawing Layar.

Tubuh bangunan induk memakai atap pelana yang biasa disebut atap balai laki.

Bentuk bangunan lebih besar dari rumah Balai Laki.

Pada teras (Palatar Sambutan) terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit.

Pada dinding depan yang disebut Tawing Hadapan terdapat 1(satu), 2(dua) atau 3 (tiga) buah pintu masuk yang disebut Lawang Hadapan.

Serambi yang disebut pamedangan menggunakan pagar susur yang disebut Kandang Rasi.

Tangga masuk lurus dari arah depan dengan jumlah trap ganjil.

Tidak ada sayap bangunan (anjung).

Pintu dinding tengah (Lawang Tawing Halat) berjumlah 2 buah.

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang

Teras yang disebut Palatar Sambutan

Serambi yang disebut Pamedangan

Ruang Tamu yang disebut Ambin Sayup/Paluaran

Ruang Dalam yang disebut Ambin Dalam/Palidangan

Ruang Pantry yang disebut Padapuran/Padu.

4.Rumah Bubungan Tinggi

Rumah Bubungan Tinggi adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan dan bisa dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis rumah inilah yang paling terkenal karena menjadi maskot rumah adat khas provinsi Kalimantan Selatan.
 

 Ciri-Ciri

Menurut Tim Depdikbud Kalsel, ciri-cirinya :

Atap Sindang Langit tanpa plafon

Tangga Naik selalu ganjil

Pamedangan diberi Lapangan kelilingnya dengan Kandang Rasi berukir

Konstruksi

Konstruksi rumah adat Banjar atau rumah ba-anjung dibuat dengan bahan kayu. Faktor alam Kalimantan yang penuh dengan hutan rimba telah memberikan bahan konstruksi yang melimpah kepada mereka, yaitu kayu.

Sesuai dengan bentuk serta konstruksi bangunan rumah adat Banjar tersebut maka hanya kayulah yang merupakan bahan yang tepat dan sesuai dengan konstruksi bangunannya.

Bagian Konstruksi Pokok

Konstruksi pokok dari rumah adat Banjar dapat dibagi atas beberapa bagian, yaitu :

Tubuh bangunan yang memanjang lurus ke depan, merupakan bangunan induk.

Bangunan yang menempel di kiri dan kanan disebut anjung.

Bubungan atap yang tinggi melancip disebut Bubungan Tinggi.

Bubungan atap yang memanjang ke depan disebut atap Sindang Langit

Bubungan atap yang memanjang ke belakang disebut atap Hambin Awan).

Tubuh bangunan induk yang memanjang terus ke depan dibagi atas ruangan-ruangan yang berjenjang lantainya.

Ruangan

Ruangan-ruangan yang berjenjang lantainya ialah :

Palatar (pendopo atau teras), ruangan depan yang merupakan ruangan rumah yang pertama setelah menaiki tangga masuk. Ukuran luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter. Palatar disebut juga Pamedangan.

Panampik Kacil, yaitu ruangan yang agak kecil setelah masuk melalui Lawang Hadapan yaitu pintu depan. Permukaan lantainya lebih tinggi daripada lantai palatar. Ambang lantai disini disebut Watun Sambutan. Luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter.

Panampik Tangah yaitu ruangan yang lebih luas dari panampik kacil. Lantainya juga lebih tinggi dari ruang sebelumnya. Ambang lantai ini disebut Watun Jajakan.

Panampik Basar atau Ambin Sayup, yaitu ruangan yang menghadapi dinding tengah (Banjar: Tawing Halat). Permukaan lantainya lebih tinggi pula dari lantai sebelumnya. Ambang Lantainya disebut WatunJajakan, sama dengan ambang lantai pada Panampik Tangah. Luas ruangan 7 x 5 meter.

Palidangan atau Ambin Dalam, yaitu ruang bagian dalam rumah yang berbatas dengan panampik basar. Lantai palidangan sama tinggi dengan lantai panampik basar (tapi ada juga beberapa rumah yang membuat lantai panampik basar lebih rendah dari lantai palidangan). Karena dasar kedua pintu yang ada di tawing halat tidak sampai ke dasar lantai maka watun di sini disebut Watun Langkahan. Luas ruang ini 7 x 7 meter. Di dalam ruangan Palidangan ini terdapat tiang-tiang besar yang menyangga bubungan tinggi (jumlahnya 8 batang). Tiang-tiang ini disebut Tihang Pitugur atau Tihang Guru.

Panampik Dalam atau Panampik Bawah, yaitu ruangan dalam yang cukup luas dengan permukaan lantai lebih rendah daripada lantai palidangan dan sama tingginya dengan permukaan lantai panampik tangah. Ambang lantai ini disebut pula dengan Watun Jajakan. Luas ruang 7 x 5 meter.

Padapuran atau Padu, yaitu ruangan terakhir bagian belakang bangunan. Permukaan lantainya lebih rendah pula dari panampik bawah. Ambang lantainya disebut Watun Juntaian. Kadang-kadang Watun Juntaian itu cukup tinggi sehingga sering di tempat itu diberi tangga untuk keperluan turun naik. Ruangan padapuran ini dibagi atas bagian atangan (tempat memasak) dan salaian (tempat mengeringkan kayu api), pajijiban dan pagaduran (tempat mencuci piring atau pakaian). Luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter.

Ukuran

Tentang ukuran tinggi, lebar dan panjang setiap rumah adat Banjar pada umumnya relatif berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh karena ukuran pada waktu itu didasarkan atas ukuran depa atau jengkal.

Ukuran depa atau jengkal tersebut justru diambil dari tangan pemilik rumah sendiri; sehingga setiap rumah mempunyai ukuran yang berbeda.

Ada kepercayaan di sana yang mengatakan bahwa setiap ukuran haruslah dengan hitungan yang ganjil bilangan ganjil.

Penjumlahan ganjil tersebut tidak saja terlihat di dalam hal ukuran panjang dan lebar, tapi juga sampai dengan jumlah hiasan tangga, anak tangga, layang-layang puncak dan lain-lain.

Jikalau diukur, maka panjang bangunan induk rumah adat Banjar pada umumnya adalah 31 meter sedang lebar bangunan induk adalah 7 meter dan lebar anjung masing-masing 5 meter.

Lantai dari permukaan tanah sekitar 2 meter yaitu kolong di bawah anjung dan palidangan; sedangkan jarak lantai terendah rata-rata 1 meter, yaitu kolong lantai ruang palatar.

Tata ruang dan kelengkapan

Tata ruang rumah tradisional Bubungan Tinggi membedakan adanya tiga jenis ruang yaitu ruang terbuka, setengah terbuka dan ruang dalam.

Ruang terbuka terdiri dari pelataran atau serambi, yang dibagi lagi menjadi surambi muka dan surambi sambutan.

Ruang setengah terbuka diberi pagar rasi disebut Lapangan Pamedangan.

Sedangkan ruang dalam dibagi menjadi Pacira dan Panurunan (Panampik Kacil), Paluaran (Panampik Basar), Paledangan (Panampik Panangah) yang terdiri dari Palidangan Dalam, Anjung Kanan dan Anjung Kiwa, serta Panampik Padu (dapur).

Secara ringkas berikut ini akan diuraikan situasi ruang dan kelengkapannya;

Surambi

Di depan surambi muka biasanya terdapat lumpangan tempat air untuk membasuh kaki. Pada surambi muka juga terdapat tempat air lainnya untuk pembasuhan pambilasan biasanya berupa guci.

Pamedangan

Ruangan ini lantainya lebih tinggi, dikelilingi pagar rasi. Biasanya pada ruang ini terdapat sepasang kursi panjang.

Pacira dan Panurunan (Panampik Kacil)

Setelah masuk Pacira akan didapatkan tanggui basar dan tanggui kacil di arah sebelah kiri, sedangkan arah sebelah kanan terdapat pengayuh, dayung, pananjak dan tombak duha. Di sayap kanan ruangan terdapat gayung, sandal dan terompah tergantung di Balabat Panurunan. Sebagai perlengkapan penerangan dalam ruangan ini terdapat dua buah lampu gantung.

Paluaran (Panampik Basar)

Ruangan ini cukup besar digunakan untuk berbagai kegiatan keluarga dan kemasyarakatan apabila masih kekurangan ruang Tawing Halat yang memisahkan dengan Palidangan dapat dibuka. Di bagian tengah di depan Tawing Halat ini terletak bufet. Di atasnya agak menyamping ke kiri dan ke kanan terdapat gantungan tanduk rusa. Di tengah ruangan terdapat dua buah lampu gantung. Lantainya diberi lampit dan kelengkapan bergerak seperti paludahan, kapit dan gelas, parapen, rehal.

Palidangan (Panampik Panangah)

Ruangan ini terdiri dari Paledangan Dalam dan Anjung Kiwa - Anjung Kanan. Fungsi ruang sama dengan Paluaran, namun biasanya diperuntukkan bagi kaum wanita. Di sini terdapat kelengkapan lemari besar, lemari buta, kanap, kendi. Lantainya diberi hambal sebagai alas duduk.

Anjung Kanan - Anjung Kiwa

Ruang Anjung Kanan merupakan ruang istirahat yang dilengkapi pula dengan alat rias dan perlengkapan ibadah. Sedangkan Anjung Kiwa merupakan tempat melahirkan dan tempat merawat jenazah. Di sini juga di beri perlengkapan seperti lemari, ranjang, meja dan lain-lain.

Padu (dapur)

Di samping untuk tempat perlengkapan masak dan kegiatannya, ruang padu ini juga digunakan untuk menyimpan bahan makanan. Perlengkapan umum yang terdapat di dalamnya adalah dapur, rak dapur, pambanyuan, lemari, tajau, lampit dan ayunan anak.

Bentuk arsitektur dan pembagian ruang rumah tradisional Bubungan Tinggi mempunyai kesamaan prinsip antara satu dengan lainnya, dengan perbedaan-perbedaan kecil yang tidak berarti.

Dari sini dapat dilihat bahwa rumah tradisional Bubungan Tinggi tersebut mempunyai keterikatan dengan nilai tradisional masyarakatnya.

Jadi meskipun pada awalnya bentuk tersebut dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan fungsi dan adaptasi terhadap lingkungan, tetapi karena sifatnya yang berulang-ulang kemudian dari bentuk fungsional tersebut berubah menjadi bentuk yang tradisional.

5.Gajah Baliku

Rumah Gajah Baliku adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Rumah Gajah Baliku mimiliki kemiripan dengan Rumah Bubungan Tinggi, tetapi ada sedikit perbedaan yaitu pada Ruang Paluaran (ruang tamu) pada Rumah Bubungan Tinggi keadaan lantainya berjenjang sedangkan pada Rumah Gajah Baliku keadaan lantai ruang Paluaran tidak berjenjang. Hal tersebut karena Rumah Bubungan Tinggi untuk bangunan keraton/ndalem Sultan yang memiliki tata nilai ruang yang bersifat hierarkis.
Pada Rumah Gajah Baliku, atap ruang Paluaran/Ruang Tamu tidak memakai atap sengkuap (= Atap Sindang Langit) kecuali emper teras paling depan dan memakai kuda-kuda dengan atap perisai (= Atap Gajah) dengan keadaan lantai ruangan datar saja sehingga menghasilkan bentuk bangun ruang yang dinamakan Ambin Sayup. Sedangkan pada kedua anjung sama-sama memakai atap Pisang Sasikat (atap sengkuap).

 Menurut Tim Muskala Depdikbud Kalsel yang pernah mengadakan penelitian rumah Gajah Baliku menyatakan bahwa :

Atap jurai, hidung bapicik bentuk muka (maksudnya atap perisai)

Ambin terbuka kiri/kanan anjung

Atap bubungan tinggi

Atap sindang langit tidak ada kecuali pada kedua anjung

Panampik Kacil tidak ada, yang ada hanya Panampik Basar

Dalam literatur lainnya Tim Muskala Depdikbud Kalsel menyatakan bahwa : Bagian-bagiannya sama dengan rumah Bubungan Tinggi. Yang berbeda adalah atap yaitu

Atap bubungan tingginya sama

Atap kedua anjung, atap sindang langit (maksudnya atap sengkuap)

Atap panampik kacil diganti dengan atap jurai dengan muka hidung bapicik (maksudnya atap perisai)

Atap Panampik Padu beratap jurai.

Ruang

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang

Surambi Sambutan

Palatar/Pamedangan

Ambin Sayup/Paluaran

Palidangan/Panampik Panangah diapit oleh Anjung Kanan dan Anjung Kiwa

Padapuran/Padu.

6.Gajah Manyusu

Gajah Manyusu adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Pada rumah induk memakai atap perisai buntung dengan tambahan atap sengkuap (Sindang Langit) pada emper depan, sedangkan anjungnya memakai atap sengkuap (Pisang Sasikat) atau dapat pula menggunakan atap perisai.

 Ciri-cirinya :

Tubuh bangunan induk memakai atap perisai buntung (bahasa Banjar : atap gajah hidung bapicik) yang menutupi serambi yang disebut pamedangan.

Pada teras terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit. Empat pilar penyangga emper depan (karbil) pada teras dapat diganti model konsol.

Pada Tawing Hadapan terdapat tangga naik yang disebut Tangga Hadapan dengan posisi lurus ke depan.

Terdapat Serambi yang disebut Pamedangan yang menggunakan pagar susur yang disebut Kandang Rasi. Serambi dapat dibuat berukuran kecil saja pada salah satu sudut.

Sayap bangunan (anjung) memakai atap sengkuap yang disebut atap Pisang Sasikat seperti pada rumah Bubungan Tinggi.

Pada tipe lainnya sayap bangunan yang disebut anjung menggunakan model Anjung Surung seperti pada rumah Cacak Burung.

Ruang

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang

Ruang terbuka/teras rumah yang disebut Surambi Sambutan

Ruang setengah terbuka/serambi atas yang disebut Pamedangan

Ruang Tamu yang disebut Ambin Sayup

Ruang Dalam yang disebut Palidangan diapit oleh Anjung terdiri dari Anjung Kanan dan Anjung Kiwa

Pantry yang disebut Padapuran atau Padu

Keterangan

"Rumah ini mempunyai ciri pada bentuk atap limas dengan hidung bapicik (atap mansart) pada bagian depannya. Anjung mempunyai atap Pisang Sasikat, sedang surambinya beratap Sindang Langit"

7.Rumah Cacak Burung

Rumah Cacak Burung adalah salah satu rumah tradisional Suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan, rumah induk yang memanjang dari muka ke belakang memakai atap pelana (bahasa Banjar : atap balai laki) kemudian ditambahkan suatu atap limas dalam posisi melintang yang menutupi sekaligus ruang Palidangan beserta kedua buah anjungnya. Posisi nok atap (pamuung/wuwungan) bubungan atap yang menghalang/melintang ini lebih tinggi dari pada posisi atap pelana pada atap muka yang menutup ruang Paluaran (ruang tamu).
Hal ini merupakan suatu bentuk Cacak Burung. Cacak Burung adalah tanda magis penolak bala yang berbentuk tanda + (positif), karena denah bangunan ini berbentuk + (tanda tambah), maka dinamakan pula rumah Cacak Burung.

 Ciri-ciri

Memakai tebar layar yang dinamakan Tawing Layar pada rumah induk.

Tubuh bangunan induk memakai atap pelana (bahasa Banjar : atap balai laki) yang menutupi Pamedangan.

Bentuk bangunan ukurannya sama dengan rumah Balai Laki atau Balai Bini.

Pada Surambi Sambutan terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit.

Pada dinding sisi depan (Tawing Hadapan) terdapat 1 pintu masuk (lawang hadapan), di sebelah pintu masuk tersebut terdapat jendela sebelah kanan dan kiri.

Pada dinding tengah (Tawing Halat) terdapat 2 pintu.

Serambi yang dinamakan pamedangan menggunakan pagar susur yang disebut Kandang Rasi.

Sayap bangunan (anjung) memakai atap perisai (bahasa Banjar : atap gajah).

Pada ambang atas Pamedangan memakai bentuk gerbang melengkung (Kandang Rasi Atas).

Pada dinding sisi depan yang dinamakan Tawing Hadapan kadang-kadang terdapat lebih dari 1 pintu masuk (lawang hadapan) tetapi jendela depan biasanya dihilangkan.

Kadang-kadang 4 (empat) buah tiang penyangga emper depan (bahasa Banjar: karbil) yang terdapat pada Surambi Sambutan diganti model konsol.

Ruang

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang

Teras yang dinamakan Surambi Sambutan dengan 4 buah pilar

Ruang setengah terbuka (serambi atas) yang dinamakan Pamedangan

Ruang Tamu disebut Ambin Sayup/Paluaran

Ruang Tengah yang dinamakan Ambin Dalam/Palidangan diapit oleh Anjung Kanan dan Anjung Kiwa

Ruang Pantry yang dinamakan Padapuran/Padu.

8.Tadah Alas

Tadah Alas adalah salah satu rumah tradisonal suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Rumah Tadah Alas merupakan pengembangan dari Rumah Balai Bini yaitu dengan menambahkan satu lapis atap perisai sebagai kanopi paling depan. Atap kanopi inilah yang disebut "tadah alas" sehingga rumah adat ini dinamakan rumah Tadah Alas.

 Ciri-ciri bangunan :

Tubuh bangunan induk memakai atap perisai (bahasa Banjar : atap gajah) yang menutupi ruang Ambin Sayup.

Diberi tambahan satu lapis atap perisai (atap gajah) pada bagian paling depan yaitu atap yang menutupi kanopi paling depan dari bangunan yang menutupi serambi terbuka/Pamedangan yang berukuran kecil menjorok ke depan dengan ditopang 2 pilar.

Biasanya terdapat dua jendela variasi di depan ruang Paluaran/Ambin Sayup

Pada sayap bangunan (anjung) memakai atap sengkuap (lessenaardak) yang disebut atap Pisang Sasikat seperti pada rumah Bubungan Tinggi maupun Balai Bini.

Pada alternatif ke-2 sayap bangunan atau anjung memakai atap perisai seperti pada rumah Cacak Burung.

Ruang

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang

Pamedangan kecil

Ambin Sayup

Palidangan diapit 2 buah Anjung yaitu Anjung Kanan dan Anjung Kiwa

Padapuran (Padu)

Keterangan

Menurut tim Depdikbud Kalsel (sekarang Depdiknas Kalsel), ciri-ciri Tadah Alas adalah sebagai berikut:

Atap jurai diberi satu lapis atau atap tumpang sama panjang dengan dibawahnya.

Bentuk bangunan merupakan sebuah Balai Bini.

9.Palimasan

Palimasan adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Bentuk atap pada rumah Palimasan memakai atap perisai. Jika memakai anjung, atapnya juga berupa atap perisai.

Rumah Palimasan dengan Anjung

Menurut Tim Depdikbud, menyatakan bahwa Palimasan : " Merupakan suatu bangunan yang mukanya menyerupai tipe Gajah Baliku, beratap jurai dengan muka hidung bapicik (maksudnya atap pelana), bagian paluaran dan pamedangan diperluas dengan tangga sisi kiri-kanan, tidak berbubungan tinggi, anjung (Pisang Sasikat) diganti dengan Ambin Sayup".
Menurut Syamsiar Seman (1983:5) menyatakan bahwa : "Pada kurun waktu kemudian bentuk rumah Bubungan Tinggi ini berubah bentuk penyederhanaan yang kemudian disebut dengan nama Palimasan. Denah bangunan tetap sama dengan Bubungan Tinggi tetapi lantai berjenjang menjadi sama seluruhnya dengan konstruksi bubungan berubah menjadi atap (konstruksi kuda-kuda) pelana".

 Ciri-cirinya :

Terdapat anjung dengan atap perisai yang disebut Ambin Sayup/Anjung Surung

Tubuh bangunan induk memakai atap perisai (bahasa Banjar : atap gajah) yang menutupi serambi pamedangan.

Terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit pada surambi sambutan.

Pada dinding depan (Tawing Hadapan) terdapat 1 atau 2 atau 3 pintu depan (lawang hadapan),

Serambi pamedangan (teras) menggunakan pagar Kandang Rasi.

Pada umumnya tangga depan (Tangga Hadapan) kembar ke kanan dan kekiri.

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang

Ruang terbuka/teras rumah yang disebut Surambi Sambutan

Ruang setengah terbuka yang disebut Pamedangan

Ruang Tamu yang disebut Ambin Sayup/Paluaran

Ruang Dalam yang disebut Palidangan dengan dua anjung kiri dan kanan.

Ruang Pantry yang disebut Padu

Palimasan tanpa anjung (Rumah Gajah)

Menurut Tim Depdikbud dalam literatur lainnya menyatakan bahwa ciri-ciri Palimasan : " Atap jurai hidung bapicik (maksudnya atap pelana), segi empat panjang, tangga masuk dari muka ke pamedangan, hiasan jamang, panapih tidak ada kecuali pilis banturan atap dan pilis samping".

Ciri-cirinya :

Tubuh bangunan induk memakai atap perisai (bahasa Banjar : atap gajah) yang menutupi serambi/pamedangan.

Pada teras terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit pada surambi sambutan.

Pada dinding depan (Tawing Hadapan) terdapat 1 atau 2 atau 3 pintu depan (lawang hadapan),

Serambi yang dinamakan pamedangan menggunakan pagar susur yang dinamakan Kandang Rasi, kadang-kadang pada sisi atasnya berupa bentuk lengkung/gerbang.

Pada umumnya tangga depan (Tangga Hadapan) kembar ke kanan dan kekiri serta ada pula yang lurus.

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang

Ruang terbuka/teras rumah yang disebut Surambi Sambutan

Ruang setengah terbuka yang disebut Pamedangan

Ruang Tamu yang disebut Ambin Sayup/Paluaran

Ruang Dalam yang disebut Palidangan

Ruang Pantry yang disebut Padapuran.

10.Rumah Lanting

Rumah Lanting adalah rumah rakit tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan dengan pondasi rakit mengapung terdiri dari susunan dari batang-batang pohon yang besar yang selalu oleng dimainkan gelombang dari kapal yang hilir mudik di sungai. Rumah Lanting banyak terdapat di sepanjang sungai-sungai di Kalimantan. Rumah Lanting juga terdapat hamper di seluruh Kalimantan dan di sepanjang sungai Musi di Palembang, Sumatera Selatan dengan sebutan Rumah Rakit.

 Ciri-ciri :

Bubungan memakai atap pelana

Landasan pelampung supaya mengapung dengan tiga batang besar pokok kayu, di atasnya dipasang gelagar ulin untuk dasar bangunan.

11.Rumah Joglo Gudang

Rumah Joglo atau Rumah Joglo Gudang adalah satu rumah tradisional daerah Kalimantan Selatan (rumah Banjar) yang memiliki atap limas. Rumah Joglo disebut juga Rumah Bulat. Rumah seperti ini juga terdapat di kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Rumah Bulat ini terdapat di Desa Penghulu, Marabahan, Barito Kuala. Bentuk bangunan rumah Joglo terdiri atas 3 susunan atap limas yang berderet ke belakang dengan satu tambahan atap limas yang lebih kecil pada paling belakang yang merupakan bangunan dapur (Padu). Rumah limas seperti ini kalau di Jawa disebut Rumah Limasan Endas Telu merupakan tiga atap limas yang berderet ke belakang.
Di Banjarmasin juga terdapat jenis rumah Joglo yang disebut Joglo Gudang yaitu satu buah atap limas dengan disambung atap Sindang Langit di depan dan atap Hambin Awan di belakang. Terdapat juga model Joglo Gudang yang besar dengan tambahan serambi Pamedangan hingga ke samping kiri dan samping kanan rumah.


Secara etimologi berasal dari kata Joglo dan gudang. Dinamakan Rumah Joglo karena menyerupai model rumah limasan suku Jawa yang disebut rumah Joglo, sedangkan istilah 'gudang' karena pada bagian kolong rumah (yang dalam bahasa Banjar disebut berumahan) dipergunakan sebagai gudang untuk menyimpan hasil hutan, karet yang merupakan komoditas perdagangan pada zaman dulu.
Di Banjarmasin, rumah jenis ini banyak ditempati orang Tionghoa-Banjar. Rumah Joglo Gudang merupakan salah khasanah kekayaan arsitektur daerah Kalimantan Selatan yang pernah berkembang pada masa lampau.

 Konstruksi

Walaupun menyerupai Rumah Joglo yang ada di Jawa, rumah Joglo Gudang di Kalimantan Selatan dibangun dengan kostruksi rumah panggung kayu dengan teknik bangunan lokal seperti pada rumah Banjar pada umumnya.

Ruang

Ruang-ruang berturut-turut dari depan ke belakang terdiri atas :

Surambi Sambutan (teras rumah)

Pamedangan (serambi setengah terbuka)

Panurunan (ruang tamu)

Paluaran (ruang keluarga)

Palidangan (ruang tidur)

Panampik Dalam (ruang dalam)

Padapuran (dapur)

Keterangan

Menurut salah satu literatur, bahwa : "Golongan Tionghoa kaya umumnya membangun rumah tipe Joglo, dengan teknik Banjar. Beratap limasan, bertiang tinggi yang kadang-kadang penuh ukiran. Bagian bawah rumah berfungsi sebagai gudang penyimpanan hasil hutan, karet dan sebagainya."

Menurut penelitian Tim Muskala (Museum dan Purbakala), Depdikbud Kalsel (dahulu) terdapat 2 macam rumah joglo di Kalimantan Selatan yaitu :

Joglo Gudang dengan ciri-ciri; atap berbentuk limasan bertiang tinggi, bagian bawah rumah menjadi tempat menyimpan barang hasil hutan, ukuran rumah sangat besar lebih dari 40 meter.

Joglo Segi Empat dengan ciri-ciri; bentuk rumah segi empat dan ukuran lebih kecil.

12.Rumah Bangun Gudang

Bangun Gudang adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Atap pada dasarnya memakai atap perisai dengan serambi Pamedangan kecil di tengah-tengah. Pada bagian kiri dan bagian kanan dari "serambi pamedangan" diubah sebagai dinding depan kecuali bagian tengah yang tetap sebagai serambi pamedangan kecil yang diapit diantara kedua dinding depan tersebut. Memiliki tiga pintu masuk yaitu satu dari tengah, dari samping kiri dan dari samping kanan Pamedangan. Tidak terdapat 4 buah pilar yang biasanya ada pada teras rumah Banjar.

TOKO GORDEN 313 melayani penjualan eceran dan partai juga menerima pesanan, pengukuran dan pemasangan. Alamat : Pusat Perbelanjaan Murakata Jalan Pasar Tiga No 174 Barabai Kalimantan Selatan e-mail : 313@luckymail.com
 

Make a free website with Yola