Rantau (Tapin) Tempo Dulu
Suasana perayaan hari ulang tahun Ratu Belanda yang bernama Wilhelmina pada tanggal 31 Agustus 1904
Sungai Tapin yang membelah kota Rantau sedang meluap sehingga kota Rantau kebanjiran. Terlihat sebuah perahu pengangkut kopra tujuan Banjarmasin sedang bertambat di dermaga pasar Rantau tahun 1910
Distrik Benua Empat (Banoea Ampat) adalah bekas distrik (kawedanan) yang merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Benua Ampat dan Margasari pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Distrik Benua Ampat pernah dipimpin oleh Kepala Distrik (districhoofd) yaitu Kiai Kasuma Wira Negara (1899).
Banua Ampat terdiri atas empat banua (kecamatan) yaitu :Banua Padang, (sekarang kecamatan Bungur, Tapin)
Banua Halat, (sekarang kecamatan Tapin Utara, Tapin)
Banua Parigi
Banua Gadung
Penduduk Benua Empat mendukung Pangeran Antasari mencetuskan Perang Banjar yang pertama kali pada tanggal 11 November 1858. Dewasa ini wilayah bekas distrik Benua Empat dan bekas distrik Margasari, keduanya membentuk wilayah Kabupaten Tapin yang ada sekarang ini. Suku Banjar yang mendiami wilayah bekas distrik ini disebut Orang Rantau (Bubuhan Rantau), sedangkan suku Dayaknya disebut Dayak Tapin atau Dayak Harakit atau Dayak Bukit Piani, bagian dari Suku Dayak Meratus.
Batu Candi Laras Margasari tahun 1938
Suasana pemilihan kepala desa di Margasari tahun 1900
Kepala distrik (kiai) Margasari dengan rombongannya tahun 1900
Kiai Temanggung Binuang sekitar tahun 1875